Rasanya Gimana Gitu

“Perasaanku gimana gitu naik mobil ini…”

WA-nya hening beberapa lama, tetiba masuk kalimat begini…

“Astaghfirullah, subhanallahi, walhamdulillahi, walailahaillaullahu akbar, cuma curhat, gak terkatakan rasa syukurku.”

Senyap. Lama.

Temanku, baru beli mobil seharga Rp2 miliar.

Sibuknya Tak Logis

“Saat sibuknya terasa ‘sungguh keterlaluan’ kayak tak ada hari esok; sungguh terbaca di WA chat-nya… bitter, Kak.”

Sorry, kugak fokus, ikhlaskan ajalah, jangan ikutan ‘bitter’.

Membaca pesannya sambil berjemur. Oh, mau jawab apa tadi…teriknya pagi ini bikin susah empati.

Bermain Kata-Kata

“Pergi berdua saja, kubungkus dengan kata beramai-ramai, Kak! Rencana kemana-mana ‘beramai-ramai’ (baca: berdua saja) ini kemana-kemananya pun sudah ter-planning rapiii. Jago bermain kata-katakan aku! Karena aku sudah ‘tua’ (baca: jangan coba-coba tricky-in aku, karena itu keahlianku).”

Menyala abangku, termakan cakap sendiri kau Bang, bilang kemana-mana di bulan Ramadan akan banyak cuti karena mau konsen ibadah.  Allah kok di-PHP-in Baaang. Begitu ditakdirkan Allah (baca: diuji imanmu) dikasih kerjaan satu dua hari keluar kota, kok malah ngelunjak.

Ah…

(YaAllah, sucikanlah ia dari dosa-dosa, bersihkanlah dirinya dari segala aib/kejelekan. Tanamkanlah ketakwaan di dalam hatinya. Wahai Pemberi para peminta).

Ahhh!

Lolongan Burung King Fisher Dini Hari

Sepekan setelah Imlek, letusan kembang api kembali riuh. Kebisingan bertalu-talu ini bukan cuma bikin anjing-anjing peliharaan gelisah, ternyata juga membuat seekor burung King Fisher liar mengubah siulan merdunya menjadi lolongan. Maka malam mengerikan itu pun mulai sejak pukul nol-nol hingga pagi.

Rasa takut ternyata mampu mengubah hening malam menjadi kesemrautan suara pada jam-jam tidur klan hidup di kotaku.

Aku di tempat tidur, “Satu domba lompat pagar…dua domba lompati pagar…seratus tiga domba lompati pagar…153, 259…1557…”

King Fisher bird in the dark, ” Puit puit puit puuuit puit puit puittt!” 3979 kali…

Dysfunctional Arguments

@iinfahima:

Dysfunctional arguments, itu lawan katanya healthy debates. Ciri-cirinya di antaranya:

1. Disrespectful gestures
2. Tidak fokus pada masalah
3. Menyerang personal.

Sementara debat sehat, Ciri-cirinya di antaranya:

1. Fokus pada esensi
2. Mengarahkan debat kembali ke esensi jika keluar dari track
3. Menyerang arguments, bukan personal

Manyun saya mas bro.